TIDORE – Dinas Ketahanan Pangan Kota Tidore Kepulauan kembali menggagas program inovasi baru yang diberi nama Program Integrasi Ketahanan Pangan Keluarga Melalui Konsep ‘Tunggu Mama’, Kamis (3/11/2022).
Program tersebut digagas dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan di tingkat keluarga.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Tikep, Yakub Maradjabessy mengatakan, problem pelaksanaan pembangunan ketahanan pangan di tingkat intervensi adalah bahwa ada pembatasan dalam soal keuangan, kewenangan dan kebijakan.
Banyak jenis intervensi kegiatan yang masih dilakukan secara parsial baik oleh dinas urusan pangan maupun instansi lainnya sehingga tidak menyelesaikan persoalan sesungguhnya yang dihadapi masyarakat.
Sebagai contoh, sampai saat ini kualitas konsumsi pangan masyarakat Tikep masih relatif belum beragam. Padahal, sudah banyak hal yang dilakukan seperti gerakan diversifikasi pangan, promosi dan lomba menu B2SA. Stunting, gizi buruk, kurang gizi, peningkatan prevalensi diabetes merupakan bukti lain bahwa kualitas konsumsi kita masih belum baik.
“Secara jumlah memang sudah cukup untuk tidak lapar, tapi secara kualitas belum cukup untuk membuat masyarakat sehat, aktif dan produktif,” kata Yakub.
Jika ditelusuri lebih jauh, yang menentukan konsumsi pangan di tingkat keluarga adalah ibu rumah tangga. Karenanya, kualitas konsumsi pangan anggota keluarga (anak dan suami) sangat tergantung pada apa yang istri sediakan.
Oleh karena itu, Dinas Ketahanan Pangan merancang satu konsep penguatan ketahanan pangan keluarga dengan nama ‘Tunggu Mama’.
Konsep ini, diyakini merupakan program yang tepat untuk mendorong peningkatan kualitas konsumsi masyarakat sekaligus cara yang benar untuk memperkuat ketahanan pangan di tingkat keluarga.
Sebab, melalui konsep ini peran penting ibu-ibu dalam menentukan penyediaan pangan keluarga lebih ditekankan. Ibu-ibu tidak diposisikan sebagai penyedia pangan tapi lebih dari itu mereka adalah penentu pangan keluarga.
Program Tunggu Mama adalah singkatan dari penentu pangan keluarga itu mama. Dengan mengintegrasikan pemberdayaan di tingkat hulu dan hilir ibu-ibu yang tergabung dalam kelompok wanita tani akan dikuatkan dari sisi pendanaan, kelembagaan dan sumber daya manusia. Sehingga secara mandiri diharapkan tercipta penguatan ekonomi keluarga.
“Kami ingin mendorong perubahan pemikiran masyarakat terutama ibu rumah tangga sehingga mereka tahu benar apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia keluarganya melalui penyediaan pangan,” jelas Yakub.
Untuk mensukseskan program ini, agar bisa dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, tentu tidak dapat dilakukan sendiri oleh Dinas Pangan.
“Oleh karena itu, kami butuh dukungan semua pihak terutama di level pemerintahan tingkat kelurahan,” paparnya.
Dinas Pangan juga berharap melalui program ini, secara bertahap dapat memperkuat ketahanan pangan di dalam keluarga, di tingkat masyarakat, daerah dan ketahanan pangan secara nasional. (Red).