Tidore – Wakil Wali Kota Tidore Kepulauan, Muhammad Sinen menghadiri acara adat tahunan Taulude yang dirangkaikan dengan hari ulang tahun desa Kusu, kecamatan Oba Utara, Kota Tidore Kepulauan yang ke-106, Selasa (31/1) malam.
Dalam sambutan itu, Wawali mengatakan dengan usia ke 106, desa Kusu harus menjadi teladan dalam mensejahterakan masyarakatnya.
Kota Tidore Kepulauan dikenal sebagai kota budaya karena masyarakatnya masih memegang teguh adat dan budaya secara turun temurun serta berbagai tradisi pun masih dipertahankan hingga kini.
“Seperti acara adat yang dirangkaikan dengan hari ulang tahun desa malam ini. Acara adat ini merupakan warisan leluhur yang harus dipertahankan dan dijaga agar anak cucu kedepan bisa mengenal adat dan budayanya,” kata Muhammad Sinen.
Tak hanya itu, Kota Tikep juga memiliki beberapa keyakinan agama. Untuk itu, toleransi antar umat beragama harus tetap dijaga dan dirawat. Bahkan, pemimpin harus selalu hadir dalam setiap perayaan keagamaan dan adat serta budaya yang dilakukan oleh masyarakat.
“Sebab, pemimpin itu lahir dari tangan rakyat. Saya selalu hadir dalam acara keagamaan, adat dan budaya. Itu saya lakukan semata-mata untuk menjaga toleransi antar umat beragama, suku, ras dan golongan tetap terjaga dengan baik dan harmonis,” tutur Wawali.
Muhammad Sinen menegaskan, siapapun yang datang untuk mengganggu keharmonisan dan kerukukan agama, suku dan lainnya di Kota Tidore Kepulauan maka dirinya selaku Wakil Wali Kota dan Capt. Ali Ibrahim sebagai Wali Kota akan hadir paling depan untuk melindungi rakyat.
“Yang lain datang melukai hati orang Sangir, saya datang mengobati luka dan kesedihan orang Sangir. Oba bukan wilayah kotor, Oba bukan tempat membuat kacau, orang Oba bukan orang kotor. Kita manusia itu berasal dari tanah dan suatu saat akan kembali ke tanah. Jadi, jangan membedakan dan merendahkan manusia dari status sosial,” tegas Wawali.
Untuk itu, Muhammad Sinen meminta kepada warga suku Sangir yang ada di daratan Oba agar jangan merasa sendiri dan jangan merasa terpinggirkan.
“Saya akan tampil paling depan kalau ada yang mengucilkan kalian. Saya dan pak Wali Kota tidak pernah mengucilkan salah satu suku di wilayah Kota Tikep. Karena bagi kami, semua sama. Karena kita adalah manusia,” ujarnya.
Muhammad Sinen juga meminta agar masyarakat Kota Tikep selalu mengedepankan adat seatorang. Jika itu diterapkan maka semua prilaku kita pasti sesuai dengan yang diwarisi oleh leluhur.
“Beda agama, suku dan ras itu hal biasa. Tapi yang terpenting adalah menjaga kebersamaan dan keharmonisan antar sesama itu paling utama,” tandasnya. (Red).